Silahkan Klik Videonya Untuk Memutar
Cerita
ini bermula waktu jumat malam sabtu sekitar jam setengah 12 malam.
Tiba-tiba aku menerima telepon dari Rara, teman kuliahku dulu. Udah lama
aku gak denger kabar dari. Dulu aku sering jalan bareng sama dia dan
anak-anak dari jakarta. Biasalah, waktu di kampus kan kita primodial
banget
Tapi
gak ada ruginya temenan sama Rara kok, orangnya cantik, tinggi
semampai, body aduhai dan yang terakhir yang aku suka banget dari Rara
adalah rambutnya. Dari awal kuliah sampe selesai rambut Rara yang hitam
legam itu selalu panjang. Apalagi kalau ditata sedikit menggelung,
hmmm... aku selalu nganggep dia barbie doll banget
"Halo Ra ? ada apa nih, tumben nelpon aku. Malem-malem lagi !" tanyaku.
"Yan, bisa jemput aku di XXX gak ?" tanyanya sambil menyebut salah satu tempat hiburan malam yang cukup ternama di kota bandung.
"Ha
? Kamu ada di Bandung ? Bukannya kamu di jakarta ? Terakhir aku denger
kamu dah kerja di Jakarta ?" tanyaku heran, ngapain malem-malem Rara
tiba-tiba ada di Bandung.
"Yan ceritanya entar aja deh, sekarang please jemput aku. Dah malem banget nih" rajuk Rara padaku sedikit memelas.
"Ok
deh, kamu tunggu sebentar, aku jemput sekarang, 10-15 menit deh"
jawabku. Kemudian aku bersiap-siap mengeluarkan mobil untuk menjemput
Rara.
Dalam
perjalanan pikirannku penuh dengan pertanyaan. Pertanyaan terbesar
tetap saja, ngapain Rara melem-malem ada tempat hiburan malam di
Bandung, sendirian lagi. Yang lebih aneh kenapa minta jemput sama aku ?
makin aneh !
Sesampainya
di tempat hiburan malam tersebut, aku memarkir mobilku. Setelah turun,
aku segera menemukan Rara sedang berdiri di pintu masuk. Kondisinya agak
aneh.
"Halo Ra ! Sendirian ?" tanyaku. "Iya Yan.." jawabnya lemah. Matanya kelihatan merah sekali.
"Ra, kenapa nih ada disini ? Hmm.. sorry ya, kamu mabuk ya ?" tanyaku menyelidik.
"Yan
bisa kita berangkat sekarang gak ? gak enak nih diliatin sama
orang-orang" ajaknya. Aku melihat sekeliling, memang sih beberapa
security dan pengunjung yang baru datang memperhatikan kita dengan
tatapan aneh. "Oke deh, ayo. Mobilku kesebelah sana." ajakku ke Rara
untuk naik ke mobil.
Setelah
menghidupkan mobil dan mengemudikan keluar areal parkir, aku bertanya
ke Rara "Mau kemana nih Ra ?" tanyaku. "Kemana aja deh Yan" jawab rara
yang duduk disebelahku.
"Kamu
nginep dimana ?" tanyaku. "Belom punya tempat nginep" jawabnya singkat.
"Loh, gimana sih. Dah malem banget loh Ra, aku anter cari hotel ya"
tawarku.
"Yan
aku boleh nginep tempat kamu gak. Semalem aja, aku lagi butuh ditemenin
nih" pintanya. "Kamu gak pa-pa nginep ditempat aku ? Rumah kontrakan
aku kecil loh, berantakan lagi. Biasa, rumah bujangan" jawabku sambil
tersenyum. "Aku dah tahu kamu emang berantakan dari dulu" jawabnya
tersenyum kecil. Akhirnya dia tersenyum juga
"Ya
udah kita pulang aja ya, kayaknya kamu juga dah cape banget." ajakku.
"Dari Jakarta kapan ?" tanyaku. "Tadi sore" jawab Rara. "Jadi dari
jakarta kamu langsung ke xxx ?" tanyaku heran. Dia cuma tersenyum kecil.
Dasar nakal !
"Sorry
nih Ra, kamu lagi ada masalah ya ?" tanyaku. Dia terdiam sejenak,
kemudian menjawab "Ya gitu deh." jawabnya. "Boleh aku tau gak masalahnya
sampe kamu jadi kayak gini" tanyaku lagi. "Yan boleh gak nanya dulu gak
? Please..." pintanya. "Aku cuma butuh ditemenin sekarang, tapi janji
aku ceritain, kamu kan orang yang jadi repot gara-gara masalahku ini"
lanjut Rara. "OK deh, kalo kamu lagi gak pengen ngomongin, aku gak bakal
nanya lagi" jawabku.
Sesampainya
dirumahku, ternyata Rara gak ada persiapan apa-apa untuk pergi ke
bandung, dia cuma membawa tas kecil yang berisi dompet dan peralatan
kosmetik. "Ra pake bajuku aja deh, baju kamu kan dah kotor dipake
perjalanan" kataku sambil memberi Rara bajuku yang paling kecil dan
celana pendek berkaret. "Ok deh" jawabnya menerima baju tersebut.
Kemudian Rara masuk kekamar mandi membersihkan badan dan berganti
pakaian. Sementara aku membersihkan kamarku untuk ditempati Rara dan aku
menggelar kasur di ruang tamu untuk tempat aku tidur. Aku memang punya
kasur cadangan untuk persiapan kalo ada keluarga ato teman yang mau
manginap.
"Ra
kamu tidur di kamar aku aja ya, tuh aku dah siapin" kataku ke Rara.
"Aduh sorry Rian, aku jadi ngerepotin banget" katanya. "Trus kamu dimana
?" tanya Rara. "Tuh di ruang tamu, aku punya kasur cadangan kok"
jawabku.
"Kamu
dah makan malem ?" tanyaku. "Udah, pake beberapa gelas bir" jawabnya
sambil ketawa. "Dasar kamu... Ya udah aku punya french fries sama
nugget, mau aku gorengin gak ?" tawarku. "Bolehlah, dari pada gak ada
apa-apa" jawabnya sambil tertawa kecil. Akhirnya aku memasakkan dia
kentang goreng, nugget dan sosis, emang cuma ada itu di kulkasku. Aku
juga membuatkan dia teh hangat. Setelah makan dan minum, terlihat Rara
agak segaran dikit.
"Ya
udah Ra, kamu tidur aja sekarang, udah jam setengah 2 nih" kataku.
"Lagian aku juga dah ngantuk banget" lanjutku. "OK deh" jawab Rara yang
kemudian beranjak masuk ke kamar, sebelum masuk dia sempat ngelambain
tangan ke aku sambil tersenyum. Dasar nih orang, ngerepotin tanpa
perasaan
Kemudian
aku rebahan di kasur dan menyalakan televisi. Tv memang ada di ruang
tamuku. Aku mengecilkan suaranya supaya tidak mengganggu Rara. Walaupun
aku dah ngantuk, tapi susah sekali aku memejamkan mata.
Sekitar
15 menit kemudian, Rara keluar dari kamar an menghampiri aku. "Ada apa
Ra ? butuh sesuatu ?" tanyaku. Rara cuma diam tapi kemudian rebahan
disampingku, bahkan dia menarik selimut yang aku pakai supaya dia
kebagian.
"Kan
aku dah bilang yan, aku lagi butuh ditemenin. Aku boleh tiduran disini
gak ? Aku masih pengen ngobrol-ngobrol dulu sama kamu" kata Rara. "Tapi
Ra, kita kan beda" jawabku. "Beda gimana ?" tanya Rara yang sudah
rebahan disebelahku. "Ya kamu kan cewek, aku cowok, trus kita dah
sama-sama dewasa, apa kamu gak takut" tanyaku. "Hmmm.. masa sih kamu mo
nyakitin aku ? Setau aku dari dulu kamu kan baik sama aku Yan." jawab
Rara. Aku cuma menarik nafas, pikirku mungkin aku baik sama dia, tapi
kan aku juga cowok biasa, mana ada cowok yang gak pusing ada cewek
cantik tidur disebelahnya
"Ya
terserah kamu aja sih, walau menurutku agak aneh. Tapi berhubung kamu
sedikit mabuk wajarlah" kataku. Rara cuma tersenyum kecil.
"Ra,
ngapain kamu ada di Bandung, trus dari sekian banyak orang di bandung
kenapa sih kamu minta aku yang jemput ?" tanyaku. "Gak tau Yan.
Dipikiranku cuma ada kamu yang bisa aku percaya dan aku repotin"
jawabnya. Aku tersenyum kecil, sialan nih cewek, di baikin malah
manfaatin. "Inget waktu kuliah dulu ga yan, kamu kan bantu aku terus"
lanjut Rara. Aku terdiam mengingat masa lalu, memang sih Rara dulu gak
semangat banget kuliahnya, kalo gak dibantu mungkin gak selesai.
"Inget
waktu skripsiku dulu gak ? Kan kamu banyak banget bantu aku" lanjut
Rara. "Kayaknya aku gak bantuin deh, tapi ngebuatin" jawabku sambil
tertawa. "Ye... tapi kan aku dah bayar pake makan-makan" jawab Rara
sambil memukul lenganku. "Masa sih bayarnya cuma makan-makan" jawabku
sambil terus tertawa. "Jadi dulu gak iklas nih" tanya Rara cemberut. "Ya
iklas lah, namanya juga temen" jawabku. kami berdua tertawa.
"Ra,
seinget aku, kamu dulu cewek baik-baik banget deh. Walau kamu trendi
abis, selalu gaya, tapi gak pernah aneh-aneh. Tapi coba liat sekarang,
tiba-tiba dateng ke bandung, mabok, trus nginep di tempat cowok lagi"
kataku.
Rara
cuma terdiam sambil memandangi cincin yang dipakai di jari manisnya.
Kemudian dia melepas cincin itu dan meletakkannya di lantai. "Ini
gara-gara tunangan gue yan" kata Rara lirih.
"Jadi kamu dah tunangan ?" tanyaku. Rara cuma mengangguk kecil. "Dulu.." jawabnya singkat. "Kok dulu ?" tanyaku heran.
"Sampe
siang tadi sih yan. Hari ini kan libur, maksud aku sih mau istirahat
aja dirumah. Tapi tiba-tiba tunanganku dateng sama seorang cewek. Dia mo
mutusin tunangan kita. Dia mo nikah sama cewek itu minggu depan yan,
cewek itu dah hamil" kata Rara sambil terisak. "Oh gitu" jawabku
prihatin.
"Masalahnya
dia udah ngelamar aku yan, tanggal pernikahan juga udah ditentuin,
persiapan juga udah dimulai" lanjut Rara dengan tangisnya yang menjadi.
"Mau bilang apa coba aku sama keluargaku Yan, aku malu banget" lanjut
Rara menangis.
"Ya
mo gimana lagi Ra, masalahnya emang berat banget" kataku kemudian
memeluk dia. Lama sekali Rara menagis dipelukanku. Aku gak bisa banyak
komentar, emang masalahnya pelik banget sih. Setelah tangis reda,
pelukan kami lepaskan, aku dan rara rebahan saling bersisian kembali.
"Mungkin
emang dia bukan jodoh kamu Ra." kataku ke Rara. "Iy sih, tapi masa sih
dia ninggalin aku gitu aja" jawab Rara. "Abis mo gimana lagi Ra ? Anak
yang dalam kandungan cewek itu gimana ? Kan harus ada yang tanggung
jawab" jawabku. "Kalo misalnya kamu maksain nikah sama dia, apa kamu mau
seumur hidup tersiksa mengingat cowok yang kamu nikain ternyata gak
bertanggung jawab sama darah dagingnya sendiri"
"Iya
juga sih. Kalo aku jadi cewek itu, aku pasti juga nuntut tanggung
jawab" kata Rara. "Ya masih untung lah mantan tunangan kamu masih mau
tanggung jawab" kataku.
"Sebenernya
dia dulu pernah minta ML sama aku, tapi aku tolak Yan. Mungkin kalo
dulu aku kasih enggak jadi begini kejadiannya" kata Rara blak-blakkan.
"Walaupun demikian Ra, menurut aku gak bisa jadi alasan terus dia
selingkuh dan ngehamilin cewek laen" Kataku.
"Dasar
cowok, kenapa sih pikirannya seks melulu" kata Rara sedikit meninggi.
"Emang tuh, makanya aku gak mau pacaran sama cowok" jawabku sambil
tertawa. Rara ikutan tertawa.
"Rian,
kamu dah pernah ML gak ?" tanya Rara menyelidik. Aku cuma tersenyum
kecil. "Kok gak jawab ? dah pernah ya ?" tanya Rara dengan sangat ingin
tau. "Tuh kan diem aja, berarti dah pernah. Dasar cowok sama aja,
pikirannya gak jauh-jauh dari selangkangan" kata Rara sambil memukuli
dadaku.
"Ya
walaupun dah pernah tapi aku kan gak ngelingkuhin tunanganku dan
ngehamilin cewek laen" jawabku menggoda Rara sambil tertawa. "Sama aja,
dasar cowok. Brengsek semua" kata Rara sambil mengubah posisi yang
awalnya menghadapku menjadi menghadap keatas. Aku masih tertawa.
"Yan
emang ML enak banget ya, kok banyak banget sih yang belom nikah tapi
dah ML, sampe hamil lagi" tanya Rara. "Enggak Ra, ML sakit banget,
makanya aku gak mau lagi" jawabku becanda. Rara mencubit pinggangku.
"Ihh... ditanya serius malah becanda" kata Rara.
"Abis
kamu pake nanya sih. Ya pasti enak lah, kalo enggak kenapa semua orang
pengen ML dan jadi ketagihan lagi" Kataku. "Mungkin kalo ML gak enak
manusia udah punah kali. Gak ada yang mau punya anak kalo MLnya ga enak
ato sakit" kataku bercanda. Rara cuma ketawa kecil.
"Emang
enaknya kayak gimana sih" tanya Rara. Aku terdiam sejenak. "Gimana ya
Ra, aku susah untuk neranginnya, tapi emang ML kegiatan paling enak dari
semua kegiatan. Entar kamu juga ngerti kok kalo udah ngalamin" jawabku.
"Hmm... enaknya kayak coklat gak ?" tanya Rara semakin aneh
"Gimana
ya Ra, kalo kita makan coklat kan rasa enaknya konstan, sebanyak yang
elo makan ya enaknya kayak gitu aja. Tapi kalo ML enaknya ada
tahapannya. jadi enaknya berubah-ubah tergantung tahapnya, kayak ada
sesuatu yang dituju, ya orgasme itu" jawabku.
"Emang
orgasme itu kayak apa sih ?" tanya Rara lagi. "Aku gak ngerti orgasme
cewek ya, tapi kalo dicowok sih orgasme biasanya barengan sama keluarnya
sperma. Dicewek kayaknya sih mirip, abis kalo cewek udah orgasme
biasanya vaginanya banjir lendir" jawabku. "Gitu aja ?" tanya Rara. "Ya
enggak lah" jawabku. "Kalo dah orgasme badan rasanya rileks banget, kaya
diawang-awang gitu deh sangking enaknya". lanjutku.
"Jadi
mau.." kata rara dengan muka pengen. Aku mendorong jidat Rara sambil
berkata "Udah tidur sana, pikiran kamu dah kacau tuh", walaupun
sebenarnya aku juga jadi mau
"Tapi
bener Yan, aku jadi mau. Kamu mau gak ?" tanya Rara. Aku cuma diam.
"Kenapa Yan, aku kurang cantik ya ? ato aku kurang seksi sampe kamu gak
mau ?" tanya Rara.
"Bukan
begitu Ra. Kamu tuh lagi mabok, belom sadar bener. Pikiran kamu jadi
kacau. Mendingan kita tidur aja deh, dari pada ngelakuin sesuatu yang
mungkin nanti kita seselin besok pagi." kataku. Rara mengangguk kecil.
"Ya
udah, kita tidur. Tapi sebelum tidur aku boleh peluk kamu gak ? Sekali
aja.." tanya Rara. Aku memandangi Rara kemudian memeluknya. Rara
melingkarkan tangannya dileherku sedang aku memeluk pinggang langsing
Rara. Paha Rara menjepit pahaku diselangkangannya.
"Ma
kasih ya Yan, kamu selalu bantu aku kalo aku ada masalah" kata Rara.
"Iya, iya, sekarang kamu tidur istirahat, biar pikiran kamu tenang
besok" kataku sambil mengelus-elus rambutnya. Kemudian aku mengecup
kening Rara. Pelukan Rara makin erat, aku melanjutkan mengelus-elus
rambutnya, kadang aku mengelus punggungnya.
"Yan
cium lagi dong" kata Rara. Aku mengecup keningnya lagi. "Bukan disitu"
kata Rara lagi. "Disini ?" kataku sambil menunjuk pipinya, kemudian aku
mengecup pipi yang merona merah itu. "Bukan disitu" kata Rara lagi
sambil menutup mata dan memajukan bibirnya.
Wah
si Rara bener-bener menguji imanku. Sebenarnya aku dah nafsu banget
dari tadi, tapi dalam hatiku aku gak mau manfaatin cewek yang lagi gak
100% sadar.
Aku
kecup bibirnya. Tapi setelah kukecup Rara masih menutup mata dan
menyorongkan bibirnya ke aku. Aku kecup sekali lagi, kali ini agak lama.
Rara bereaksi dengan ikut menghisap bibirku. Aku lepas ciumanku,
kemudian aku memandang Rara yang sedang melihatku dengan penuh harap.
Well... wtf lah, aku gak peduli lagi, akhirnya aku cium Rara dengan
buas.
Aku
mencium Rara dengan menghisap bibir bawahnya, Rara membalasnya dengan
menghisap bibir bawahku. Kadang-kadang aku masukkan lidahku ke mulutnya.
Awalnya Rara gak bereaksi, tapi lama-lama saat lidahku masuk dia
menghisap kencang, kadang-kadang Rara gantian memasukkan lidahnya
kemulutku.
Selama
ciuman, aku mengelus rambut Rara, kemudian elusanku turun ke
punggungnya, turun lagi ke pinggangnya. Kemudian aku memberanikan diri
untuk meremas pantatnya. Rara melenguh kecil "Uhh...." sambil menekan
selangkangannya kearah selangkanganku.
Setelah
beberapa kali mengelus bagian belakang sampai meremas pantatnya, aku
meremas dadanya. Hmmm... payudara Rara mantap sekali. Besar sekali
dibandingkan dengan tubuhnya. "Hmm... Hgmmm.. Hgmmm" lenguh rara karena
payudaranya diremas-remas olehku, dengan tidak melepaskan ciumannya.
Birahi
memuncak saat meremas-remas sepasang daging kenyal Rara. Kemudian aku
mengelus punggung rara kembali. Kali ini aku masukkan tanganku kedalam
kausnya dan mengelus punggungnya langsung dikulit. Shit, ternyata Rara
tidak pakai bra, pantas saja tadi waktu payudaranya aku remas dari luar
terasa kenya sekali.
Saat
aku mengelus-elus punggungnya, aku elus juga bagian samping tubuhnya
sehingga panggkal payudara ikut terelus. Sepertinya Rara sangat
menikmati elusanku, kemudian dia memagang tanganku dan mengarahkan
tanganku agar meremas-remas payudaranya. Gila, asik banget payudaranya.
Payudaranya mancung kedepan dengan pentil yang besar !
Aku
sangat menikmati meremas-remas payudara Rara, terkadang aku memainkan
pentilnya. Sepertinya Rara juga sangat menikmatinya, tubuhnya bergetar
sambil mengeluarkan lenguhan-lenguhan kecil "Uggrhh....ugrh...."
Pahaku
yang dijepit diantara selangkangan sengaja aku gesek-gesekkan ke
memeknya supaya Rara makin terangsang. Rara meresponnya dengan ikut
menekan-nekan memeknya lebih kuat ke pahaku. Kalau aku berhenti
menggesekkan pahaku, maka Rara menggerak-gerakkan sendiri pinggulnya.
Tangan
kananku kembali meremas pantat Rara. Kali ini aku masukkan tanganku ke
celananya. Berhubung dia pakai celana berkaret, aku dengan mudah
memasukkan tanganku. Ternyata Rara juga tidak memakai celana dalam. Aku
dengan mudah meremas pantat bulat itu. Setiap aku meremas pantatnya,
Rara makin menekan memeknya ke pahaku.
Aku
mencoba untuk memegang memeknya dari belakang. Saat tersentuk, tubuh
Rara seperti tersetrum, sambil melenguh "Uhh....". Hmmm... ternyata Rara
benar-benar terangsang, memeknya sudah sangat basah.
Sekarang
aku memegang memeknya dari depan. Dan mulai mengelus-elus bibir luar
memek Rara yang sudah banjir itu. Rara melepaskan ciumanku. Sekarang
setiap aku menggosok bibir luar vaginanya, rara memekik kencang
"Ohgh....Ohgh.... Ohgh.....". "Enak yan, enak banget. Kamu ngapain aku,
kok enak banget sih" kata rara sambil merem melek. Dengan jari tengahku
aku mencari klentitnya, kemudian aku usap perlahan. "Akhhh..." teriak
Rara saat klentitnya aku usap. Kemudian Rara menahan tanganku,
sepertinya dia tidak kuat kalau klentitnya diusap terus.
Akhirnya
aku telentangkan Rara. Kemudian aku membuka kaos yang dikenakan Rara
sehingga Rara 1/2 bugil sekarang. Aku buka paha Rara lebar-lebar dan aku
tempatkan tubuhku diantara selangkangannya. Sasaranku berikutnya adalah
payudaranya. Sekarang aku menjilati pentil payudara kanannya. Tubuh
Rara begerak-gerak keenakan, sepertinya dia suka sekali aku menjilati
dan menghisap-hisap pentilnya. Kadang Rara menyatukan kedua payudaranya
agar lebih maju.
Aku
berhenti sebentar, memandangi Rara. Sebenarnya aku ingin sekali membuka
celana Rara dan menusuk-nusuk memeknya dengan penisku. Tapi aku sedikit
ragu.
"Yan,
setubuhin aku dong, aku dah gak tahan nih" kata Rara sambil memandangku
penuh harap. Perkataan Rara seperti menghapus keraguanku entah kemana.
Aku menari celana Rara dengan mudah, apalagi Rara membantu dengan
mengangkat pantatnya. Kemudian aku berdiri, membuka kaos dan celanaku,
shinga sekarang aku dan Rara sama-sama bugil.
Sesaat
aku memandang tubuh Rara. Badannya yang langsing tinggi dibalut dengan
kulit putih mulus, ditambah payudara besar didadanya. Kakinya yang
panjang dan jenjang memiliki betis seperti bulis padi. Aku ternganga
sesaat apalagi saat melihat vaginanya yang diliputi bulu hitam titis
diantara pahanya yang sudah terbuka lebar.
"Kok
cuma diliatin ?" tanya rara. Aku terseyum kemudian menempatkan tubuhku
diantara selangkangannya. AKu cium Rara sekali lagi, dia membalasnya
dengan cukup buas, kemudian ciumanku turun ke payudara besarnya. Aku
cuma mau memastikan Rara cukup terangsang sebelum aku menembus memek
perawannya. Sat mencium penisku menggesek-gesek memeknya walaupun belum
masuk.
Aku
posisikan tubuhku dan menuntun penisku ke memeknya. "Ra, pertamanya
sakit, tapi entar enak kok" kataku. "Iya yan gue juga sering denger".
jawab Rara. Aku mulai mendorong penisku kedalam memek Rara. Rara hanya
memandangku sambil menggigit bibirnya.
Saat
penisku sudah masuk 1/2 Rar memekik "AKhh...sakit yan" . Aku
berhentikan sebentar penisku. Setelah selang beberapa saat aku goyang
sedikit penisku kemudian aku dorong lagi sampai full. "Aduh yan sakit
banget" kata Rara memelas. "Tenang Ra, paling sakitnya sebentar, nanti
juga enak" kataku menenangkan. "Enggak Yan, sakit banget, bisa elo cabut
dulu gak" pinta Rara sambil menahan sakit. Aku juga gak tega melihatnya
akhirnya aku cabut penisku. Saat dicabut penisku diselimuti darah
perawan Rara. Dari vaginanya juga aku melihat darah mengalir. Hmmm...
memang lebih banyak daripada darah perawan yang pernah aku liat.
"Yan
kok berdarah sih ?" tanya Rara panik. "Itu namanya darah perawan
sayang. Selaput dara kamu dah pecah" jawabku. "Aku mo kekamar mandi dulu
yan, mo bersihin dulu" kata Rara. Aku mengantarkan Rara kekamar mandi
dan menungguinya dari luar, untuk memastikan Rara gak apa-apa.
Setelah
Rara keluar dari kamar mandi, vaginanya sudah bersih. Tapi nafsuku
sudah turun, sepertinya nafsu Rara juga sudah turun. Akhirnya kami hanya
rebahan saling berdampingan, masih bugil.
"Yan
kok sakit banget ya" tanya Rara. "Iya lah Ra, itu kan pertama kalinya
kamu, memek kamu masih sempit ditambah ada selaput dara" jawabku. "Masih
mau lanjut gak Ra ?" tanyaku pada Rara. "Mau yan, tapi pelan-pelan ya"
jawab rara.
Akhirnya
Aku tempatkan tubuhku diatas tubuhnya lagi. Aku mulai menciumi tubuh
rara. Dari bibirnya, pipi, leher dan payudaranya. Aku seperti gak
puas-puas menciumi dan menjilati tubuh mulus yang masih sekel itu.
Kadang tanganku mengelus memeknya. Aku memang tidak berencana mencium
vaginanya, takutnya dia shock dan merasa jijik, bisa batal orgasme malam
ini
Setelah
Rara sudah cukup terangsang, aku arahkan penisku ke vaginanya. Kali ini
Rara tidak terlihat tegang seperti waktu yang pertama. Aku dorong
penisku masuk. "Heghh..heghmm..." lenguh Rara saat penisku masuk. Kali
ini vaginanya tidak terlalu sulit dipenestrasi, mungkin karena tidak
tegang sehingga cairan vaginanya cukup. Aku dorong penisku sampai
mentok. Aku melihat ada sediki darah mengalir dari vaginanya, mungkin
sisa selaput daranya masih ada yang belum pecah.
Aku
goyang perlahan penisku, tubuh Rara terguncang sedikit, rara masih
menggigit bibirnya. Goyanganku aku percepat sedikit, nikmat sekali memek
Rara. Sangking sempitnya serasa penisku terhisap kuat oleh vaginanya.
Aku
percepat goyanganku, sekarang Rara mulai melenguh,
"Akh...Akh...Akhhh..." seirama dengan keluar masuknya penisku di
vaginanya. "Lagi yan..Lagi yan..Lagi" desahnya sambil memegangi pantatku
seakan ingin menekannya terus.
"Gila
Ra, memek kamu enak banget, sempit banget". kataku. "Penis kamu juga
keras banget yan, enak..." jawab Rara disela-sela lenguhannya.
Aku
memang tidak berniat untuk memakai gaya lain. Untuk pertama kalinya
Rara cukup pakai gaya konvensional, laki-laki diatas. Dengan demikian
aku bisa ngontrol tusukan penisku kedalam memeknya. Aku tusuk perlahan
memek Rara, kadang aku percepat. Kadang aku berhenti sesaat kemudian aku
tusuk dengan keras. Kadang aku tusuk kearah samping.
Tiba-tiba
tubuh Rara sedikit menegang, sepertinya dia ingin orgasme. Aku percepat
goyanganku, soalnya aku mau orgasme sama-sama. Kalo sama yang perawan
kadang gak mau terus kalo dia udah orgasme, cepek katanya.
"Ahhh...Akhh....Aghkhh.." pekikan Rara makin keras seiring dengan makin
cepatnya tusukan penisku.
"Lagi
sayang...lagi...lagi.." pekik Rara. Akupun merasa aku sedikit lagi akan
orgasme. Tiba-tiba tubuh rara menegang dan terguncang hebat sambil
berteriak "AKHHHH...." rara mendekapku erat dan melingkarkan kakinya di
tubuhku, Aku pun sudah tidak kuat lagi, tapi aku gak bisa melepaskan
tubuhku dari Rara. Akhirnya aku nekat, aku tekan penisku dalam-dalam dan
aku tembakkan spermaku ke rahim Rara 5 atau 6 kali. Aku puas sekali
menggagahi Rara komplit, dari merawanin sampai orgasme didalam memeknya.
Setelah
beberapa lama akhirnya penisku mengecil dan rara melepaskan dekapannya.
"Gila enak banget, pantes banyak yang ketagihan" Kata rara setelah
rebahan disebelahku.